Jumat, 06 Maret 2009

riset

PRINSIP RISET KEPERAWATAN
Oleh Ns. Ari susiani



1. . MASALAH PENELITIAN DAN PERUMUSAN TUJUAN

A. MASALAH PENELITIAN
Merumuskan masalah dan tujuan penelitian merupakan tahap awal saat akan melakukan penelitian.
Masalah riset adalah suatu kondisi yang memerlukan pemecahan atau alternatif pemecahan. Baik buruknya suatu penelitian sangar ditentukan oleh research problem.

Perumusan masalah penelitian harus memenuhi kriteria: FINER
1. Feasible (mampu melaksanakan) :
• Tersedianya subjek penelitian
• Tersedianya dana
• Tersedianya waktu, alat dan keahlian
2. Interesting (Menarik):
• Masalahnya hendaknya menarik untuk diteliti
3. Novel :
• Membantah atau menkonfirmasi penemuan terdahulu
• Melengkapi, melengkapi hasil penelitian terdahulu
• Menemukan sesuatu yang baru
4. Etis :
• Tidak bertentangan dengan etika, khususnya etika keperawatan
5. Relevan :
• Bagi perkembangan IPTEK
• Untuk peningkatan asuhan keperawatan/ kesehatan dan kebijaksanaan kesehatan
• Untuk dasar penelitian selanjutnya

Lingkup masalah penelitian keperawatan menurut Nursalam, 2000:
1. Prioritas kesehatan dan pencegahan penyakit pada masyarakat
2. Pencegahan perilaku dan lingkungan yang berakibat buruk pada masalah kesehatan
3. Menguji model praktek keperawatan dikomunitas
4. Menetukan efektifitas internvernsi keperawatan pada infeksi HIV – AIDS
5. Mengkaji pendekatan yang efektif pada gangguan perilaku
6. Evaluasi intervensi keperawatan yang efektif pada penyakit kronis
7. Identifikasi faktor-faktor bioperilaku yang berhubungan dengan kemampuan koping
8. Mendokumentasikan efektifitas pelayanan kesehatan/ keperawatan


9. Mengembangkan masalah dan metodologi riset pelayanan kesehatan/ keperawatan
10. Menentukan efektifitas biaya perawatan pasien.

Penggolongan rumusan masalah sesuai dengan jenis penelitian atau permasalah yang hendak diteliti (Aziz Alimul, 2007):
1. Masalah deskriptif:
Merupakan masalah penelitian yang berhubungan dengan variable yang ada tanpa membuat statu perbandingan ataupun menghubungkan…hanya menggambarkan masalah apa yang ingin dicapai dalam penelitian
Contoh;
a. Bagaimanakah sikap perawat dalam melakukan komunikasi keperawatan di ruang anak?
b. Berapa persen motivasi kerja perawat dirumah sakit?

2. Masalah komparatif:
Merupakan masalah penelitian keperawatan yang membandingkan antara variable satu dengan yang lanilla. Membandingkan perbedaan antar variable yang akan diukur
Contoh: Adakah perbedaan sikap perawat diruang bedah dan saraf?

3. Masalah Asosiatif:
Merupakan masalah penelitian yang menghubungkan antara dua variable dalam penelitian. Masalah ini terdiri atas hubungan simetris, hubungan causal, dan hubungan interaktif (Sugiyono, 2001)
a. Hubungan simetris
Hubungan ini berdasarkan pada sifat kesamaan bukan pada hubungan sebab akibat atau saling mempengaruhi.
Contoh: adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam komunikasi teraupetik
b. Hubungan causal
Hubungan ini merupakan hubungan sebab akibat yang saling mempengaruhi antarvariabel yang digunakan dalam penelitian
Contoh: Adakah pengaruh movilizáis terhadap proses penyembuhan luka?
c. Hubungan interaktif
Hubungan ini merupakan hubungan antarvariabel yang diukur dimana terdapat interaksi tetapi Belem diketahuimana variable independen dan dependen
Contoh: Hubungan antara motivasi dan prestasi kerja perawat

Factor-faktor yang mendasari perumusan masalah:
a. Mendefenisikan permasahan/topik
b. Mulai mencari kepustakaan
c. Sesuai terhadap bidang keperawatan
d. Kemampuan pelaksanaan


B. PERUMUSAN TUJUAN
Tujuan penelitian merupakan kegiatan awal dalam menetukan arah dari rencana penelitian yanga akan dilakukan. Tujuan dari penelitian berguna untuk mengidentifikasi, menjelaskan, mempelajari, membuktikan, mengkaji, memprediksi akternatif pemecahan masalah terhadap masalah penelitian.
Tujuan penelitian meliputi: tujuan umum dan tujuan khusus

Contoh:
Judul penelitian:
”Pengaruh komunikasi teraupetik terhadap penurunan kecemasan pada anak yang masuk rumah sakit.

Tujuan Umum:
Mempelajari pengaruh komunikasi teraupetik terhadap penurunan kecemasan pada anak yang dirawat diruang Dahlia

Tujuan khusus:
1. Mengidentifika si cara komunikasi teraupetik yang dilakukan pada anak yang masuk rumah sakit.
2. Mengidentifikasi sikap dalam komunikasi teraupetik pada anak masuk rumah sakit.
3. Mengidentifikasi kecemasan pada anak yang masuk rumah sakit.
4. Mengidentifikasi pengaruh komunikasi teraupetik terhadap penurunan kecemasan.

2. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberikan landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya. Kerangka konsep harus didukung landasan teori yang kyat serta ditunjang oleh informasi yang bersumber pada berbagai laboran ilmiah, hasil penelitian, jornal penelitian, dll. Adanya tidaknya hipótesis tergantung dari permasalahan, tidak semua penelitian terdapat hipótesis. Hipótesis diperlukan pada penelitian yang bersifat deskriptif Namun tidak diperlukan pada penelitian yang bersifat analitis.
Hipótesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Hipótesis hádala statu asumís pertanyaan tentang hubungan antar dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab statu pertanyaan dalam penelitian.
Hipótesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan, karena hipótesis akan bisa memberikan petunjuk pada pengumpulan, analisa dan interpretasi data.




Syarat hipótesis:
1. Relevante : hipótesis harus relevan dengan falta yang akan diteliti
2. Testability : memungkinkan untuk melakukan observasi dan bisa diukur
3. Compatibility: hipotesa baru harus konsisiten dengan hipotesa dilapangan yang sama dan telah teruji kebenarannya, sehingga setiap hipotesaakan membentuk statu sistem.
4. Predictive : hipotesa yang baik mengandung daya ramal tentang apa yang akan terjadi atau apa yang akan ditemukan.
5. Simplicity : harus dinyatakan secara sederhana, mudah dipahami dan dicapai.

Hipotesa didapatkan dari suatu fenomena atau masalah yang nyata, analisa teori dan mengulas literatur.
1. Pengalaman praktik
2. Teori
3. Literature review

Tipe hipótesis:
1. Hipótesis nol (Ho): hipótesis yang digunakan untuk pengukuran statistik dan interpretasi hasil statistik. Dapat simpel atau kompleks, sebab atau akibat.
Misal: pengaruh teori adaptasi terhadap perbaikan kinerja perawat anak
Ho : tidak adanya pengaruh penerapan teori adaptasi dalam asuhan keperawatan terhadap perbaikan kinerja perawat dibagian anak.

2. Hipótesis alternatif (Ha/Hi): hipótesis yang menyatakan adanya statu hubungan, pengaruh dan perbedaan antar dua atau lebih variable. Hubungan, perbedaan, dan pengaruh tersebut dapat sederhana atau kompleks, dan sebab akibat.
Misal: ada pengaruh antara senam nifas dan proses invalusio pada ibu pasca persalinan. Ada perbedaan tingkat kecemasan antara pasien laki-laki dan perempuan pada AMI.








3. DESKRIPSI DESIGN RISET/PENELITIAN
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian.
Desain penelitian yang umum digunakan dibidang keperawatan ádalah;
a. Rancangan penelitian deskriptif
Tujuan: menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, social, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan dll. Atau dengan kata lain rancangan yang mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat itu.
1. Korelasi
Jenis rancangan ini mengkaji hubungan anrat variable. Bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variable, melibatkan minimal dua variabel.
Contoh: factor pola makan hubungan dengan malnutrisi.
Disini peneliti harus menjelaskan pola makan yang dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi seperti terjadinya obesitas , underweight.

2. Cross sectional
Merupakan rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatannya dilakukan secar simultan pada satu saat(sekali waktu).
Contoh: kualitas menyusui terhadap kelancaran pengeluaran air susu ibu
Peneliti melakukan pengamatan terhadap koalitas menyusui, meliputi: cara, frekuensi, waktu menyusui, ketiganya diukur bersamaan dengan kelancaran pengeluaran ASI estela melihat variable yang termasuk dalam koalitas menyusui tersebut.
Cara melakukan rancangan cross sectional:
• Mengidentifikasi variable penelitian
Contoh:
Hubungan kualitas menyusi dengan kelancaran pengeluaran ASI
Variabel yang dapat diidentifikasi:
Variabel independent: kualitas menyusui
Variabel dependen: kelancaran pengeluaran ASI
Variabel kendali: usia, paritas.
Kemudian ditentukan batasan parameter yang jelas tentang kualitas menyusui dan kelancaran pengeluaran ASI


• Mengidentifikasi subjek penelitian
Contoh: subjek penelitian adalah populasi ibu menyusui dengan jumlah sample yang telah ditentukan sesuai dengan tehnik sampling.
• Mengobservasi variable
Contoh: mungukur kualitas menyusui dengan parameter yang digunakan adalah cara dan frekuensinya termasuk dalam kualitas yang baik atau kurang,
Pengukuran kelancaran pengeluaran ASI dilakukan dengan mengamati tingkat kelancaran pengeluaran ASI-nya termasuk baik atau tidak, lalu kueduanya diamati dan diukur.
• Melakukan analisis data
Contoh: melakukan pengujian apakah kualitas menyusui termasuk kategori baik/kurang. Hal ini dapat mempengaruhi kelancaran pengeluaran ASI termasuk kategori lancar/tidak.

b. Rancangan penelitian observasional
1. Case control
Merupakan rancangan penelitian yang membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok control untuk mengetahui proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan.
Rancangan penelitian ini bersifat retrospektif yaitu rancangan bangun dengan melihat ke belakang dari statu kejadian yang berhubungan dengan ejadian kesakitan yang diteliti.
Contoh: Masalah Gizi (obesitas) pada seseorang ibu yang tidak bekerja.
Kelompok sampel:
Kelompok kasus: ibu yang mengalami obesitas dan tidak bekerja Kelompok kontrol: ibu tidak bekerja yang status gizinya normal
Cara melakukan rancangan case control:
• Mengidentifikasi variable penelitian
Contoh:
Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan kebiasaan merokok pada Ibu hamil
Variable yang diidentifikasi:
Variable independen: kebiasaan merokok
Variable dependen: berat badan bayi ketika dilahirkan
Variable kendali: usia dan paritas.


Selanjutnya ditentukan batasan variable tersebut, seperti kebiasaan merokok waktu hamil termasuk dalam kategori kelompok perokok berat, sedang atau ringan, batasan bayi berat lahir rendah adalah kurang dari 2500 gram.
• Menetapkan populasi penelitian
Contoh: populasi :ibu yang melahirkan pada kasus yang ada, kemudian diambil sampel sesuai dengan tehnik sampling yang dikehendaki.
• Mengidentifikasi kasus yang akan diteliti
Contoh: kasus yang diteliti adalah kasus ibu melahirkan dengan bayi berat badan rendah pada tahun berapa?
• Memilih subjek control
Contoh: kelompok control hádala para ibu yang melahirkan dengan berat badan normal (2500g) dengan usia atau paritas yang sama.
• Melakukan pengukuran secara retrospektif
Contoh: mencari kasus ibu yang melahirkan BBLR dan sewaktu hamil memiliki kebiasaan merokok(termasuk frekuensi merokok seharí-hari).
• Menganalisis data
Melakukan uji statistika untuk melihat ada tidaknya hubungan antara ibu perokok dengan kejadian BBLR.

2. Kohort
Merupakan penelitian epidemiologis non experimental yang mengkaji antara variable independen (factor resiko) dan variable dependen (efek kejadian/penyakit). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan waktu yang longitudinal sehingga penelitian kohort sering juga disebut penelitian prospektif.
Peneliti yang menggunakan rancangan ini mengobservasi variable independen (factor resiko) terlebih dahulu kemudian subjek diikuti ingá periode waktu tertentu untuk melihat pengaruh variable independen terhadap variable dependen (kejadian atau penyakit yang diteliti).

Cara melakukan rancangan kohort:
Contoh; hubungan komunikasi teraupetik dengan tingkat kecemasan anak usia pra sekolah
• Mengidentifikasi variable penelitian
Variable independen: komunikasi teraupetik
Variable dependen: tingkat kecemasan



• Menetapkan populasi penelitian
Populasinya: sejumlah anak usia para sekolah yang dirawat diruang anak. Sampel yang diambil menggunakan tehnik sampling yang dikehendaki peneliti.
• Mengidentifikasi subjek penelitian
Mengidentifikasi anak usia prasekolah dengan komunikasi teraupetik yang baik Mengidentifikasi anak usia prasekolah dengan komunikasi teraupetik yang kurang baik.
• Mengobservasi perkembangan subjek penelitian
Mengobservasi subjek penelitian dari komunikasi yang baik dan kurang baik, untuk kemudian dilihat efeknya terhadap tingkat kecemasannya.
• Analisis data
Menganalisa data secara statistika untuk mencari keterkaitan antara komunikasi teraupetik dengan tingkat kecemasan.

c. Rancangan penelitian intervensi atau eksperimen
1. Pre experimental
Rancangan ini merupakan rancangan penelitian yang paling lemah dan tidak digunak untuk membuktikan kualitas.
Terdiri atas:
a. One shot case study
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan intervensi/perlakuan untuk kemudian dilihat dampak/pengaruhnya.
Contoh: pengaruh Penyuluhan Kesehatan Masyarakat terhadap kepatuhan tingkat control.

b. Pre test- post test design
Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensí, kemudian dilakukan kembali posttest (pengamatan akhir).

c. Static group comparison
Merupakan rancangan pre experimental dengan cara menambah kelompok control. Caranya adalah pada kelompok perlakuan setelah diberikan perlakuan lalu dilakukan pengamatan, sedangkan pada kelompok control hanya dilakukan pengamatan saja.


Kelemahan: akan terdapat banyak variable-variabel luar yang berpengaruh dan sulit dikontrolsehingga tingkat validitas akan berkurang atau kurang akurat.

2. True experimental
Merupakan rancangan penelitian yang mempunyai ketelitian tinggi karena sampelnya dipilih secara acak dan ada kelompok kontrolnya.
Terdiri dari:
a. Randomized pretest-posttest control group design
Model rancangan ini adalah dua kelompok yang dipilih secara acak , lalu diberi pretest untuk mencari perbedaan dengan kelompok control terhadap eksperimen yang akan digunakan.

b. Randomized posttest only control design
Cara yang digunakan untuk rancangan ini adalah ada dua kelompok yang dipilih secara acak, kemudian satu kelompok diberi perlakuan, sedangkan yang lainnya tidak diberi perlakuan dan kemudian langsung diamati atau diukur.

c. Solomon four group design
Cara yang digunakan untuk rancangan ini adalahmengambil sample yang telah diacak sebelumnya, kemudian dibagi dalam empat kelompok, kelompok pertama dilakukan observasi/pengamatan, kemudian diberikan perlakuan lalu diukur/diobservasi. Pada kelompok kedua dilakukan observasi awal tanpa perlakuan kemudian diukur/diamati. Untuk keompok ketiga langsung diberi perlakuan dan sesudahnya dilakukan pengamatan,sedangkan pada kelompok ke empat langsung dilakukan pengamatan.

3. Quasy experimental Design (Desain Experimental Semu)
Merupakan bentuk design eksperimetal yang lebih baik validitas internalnya daripada rancangan preeksperimetal dan lebih lemah dari true eksperimental.





Terdiri dari:
1. Time series design
Dalam rancangan ini, pada sampel penelitian, sebelum dilaksanakannya perlakuan dilakukan observasi beberapa kali sesudah perlakuan juga dilakukan beberapa kali observasi.


2. Non equivalent control group design
Sampel pada penelitian ini diobservasi terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan, kemudian setelah diberikan perlakuan sample tersebut diobservasi kembali.

3. Equivalent time simple design
Sampel penelitian dipilih dalam rancangan ini adalah dua sampel yang ekivalen waktunya. Sampel A diberikan perlakuan X dan sampel B tidak diberikan perlakuan, keduanya masing-masing dionservasi dan dilakukan secara berulang-ulang.
Contoh: X1 O Xo O X1 O Xo O dst diulang
Ekivalen Ekivalen
Ket; X1 = diberi perlakuan
Xo = tidak diberi perlakuan
O = observasi


PRINSIP RISET KEPERAWATAN
Oleh Ns. Ari susiani



1. . MASALAH PENELITIAN DAN PERUMUSAN TUJUAN

A. MASALAH PENELITIAN
Merumuskan masalah dan tujuan penelitian merupakan tahap awal saat akan melakukan penelitian.
Masalah riset adalah suatu kondisi yang memerlukan pemecahan atau alternatif pemecahan. Baik buruknya suatu penelitian sangar ditentukan oleh research problem.

Perumusan masalah penelitian harus memenuhi kriteria: FINER
1. Feasible (mampu melaksanakan) :
• Tersedianya subjek penelitian
• Tersedianya dana
• Tersedianya waktu, alat dan keahlian
2. Interesting (Menarik):
• Masalahnya hendaknya menarik untuk diteliti
3. Novel :
• Membantah atau menkonfirmasi penemuan terdahulu
• Melengkapi, melengkapi hasil penelitian terdahulu
• Menemukan sesuatu yang baru
4. Etis :
• Tidak bertentangan dengan etika, khususnya etika keperawatan
5. Relevan :
• Bagi perkembangan IPTEK
• Untuk peningkatan asuhan keperawatan/ kesehatan dan kebijaksanaan kesehatan
• Untuk dasar penelitian selanjutnya

Lingkup masalah penelitian keperawatan menurut Nursalam, 2000:
1. Prioritas kesehatan dan pencegahan penyakit pada masyarakat
2. Pencegahan perilaku dan lingkungan yang berakibat buruk pada masalah kesehatan
3. Menguji model praktek keperawatan dikomunitas
4. Menetukan efektifitas internvernsi keperawatan pada infeksi HIV – AIDS
5. Mengkaji pendekatan yang efektif pada gangguan perilaku
6. Evaluasi intervensi keperawatan yang efektif pada penyakit kronis
7. Identifikasi faktor-faktor bioperilaku yang berhubungan dengan kemampuan koping
8. Mendokumentasikan efektifitas pelayanan kesehatan/ keperawatan


9. Mengembangkan masalah dan metodologi riset pelayanan kesehatan/ keperawatan
10. Menentukan efektifitas biaya perawatan pasien.

Penggolongan rumusan masalah sesuai dengan jenis penelitian atau permasalah yang hendak diteliti (Aziz Alimul, 2007):
1. Masalah deskriptif:
Merupakan masalah penelitian yang berhubungan dengan variable yang ada tanpa membuat statu perbandingan ataupun menghubungkan…hanya menggambarkan masalah apa yang ingin dicapai dalam penelitian
Contoh;
a. Bagaimanakah sikap perawat dalam melakukan komunikasi keperawatan di ruang anak?
b. Berapa persen motivasi kerja perawat dirumah sakit?

2. Masalah komparatif:
Merupakan masalah penelitian keperawatan yang membandingkan antara variable satu dengan yang lanilla. Membandingkan perbedaan antar variable yang akan diukur
Contoh: Adakah perbedaan sikap perawat diruang bedah dan saraf?

3. Masalah Asosiatif:
Merupakan masalah penelitian yang menghubungkan antara dua variable dalam penelitian. Masalah ini terdiri atas hubungan simetris, hubungan causal, dan hubungan interaktif (Sugiyono, 2001)
a. Hubungan simetris
Hubungan ini berdasarkan pada sifat kesamaan bukan pada hubungan sebab akibat atau saling mempengaruhi.
Contoh: adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam komunikasi teraupetik
b. Hubungan causal
Hubungan ini merupakan hubungan sebab akibat yang saling mempengaruhi antarvariabel yang digunakan dalam penelitian
Contoh: Adakah pengaruh movilizáis terhadap proses penyembuhan luka?
c. Hubungan interaktif
Hubungan ini merupakan hubungan antarvariabel yang diukur dimana terdapat interaksi tetapi Belem diketahuimana variable independen dan dependen
Contoh: Hubungan antara motivasi dan prestasi kerja perawat

Factor-faktor yang mendasari perumusan masalah:
a. Mendefenisikan permasahan/topik
b. Mulai mencari kepustakaan
c. Sesuai terhadap bidang keperawatan
d. Kemampuan pelaksanaan


B. PERUMUSAN TUJUAN
Tujuan penelitian merupakan kegiatan awal dalam menetukan arah dari rencana penelitian yanga akan dilakukan. Tujuan dari penelitian berguna untuk mengidentifikasi, menjelaskan, mempelajari, membuktikan, mengkaji, memprediksi akternatif pemecahan masalah terhadap masalah penelitian.
Tujuan penelitian meliputi: tujuan umum dan tujuan khusus

Contoh:
Judul penelitian:
”Pengaruh komunikasi teraupetik terhadap penurunan kecemasan pada anak yang masuk rumah sakit.

Tujuan Umum:
Mempelajari pengaruh komunikasi teraupetik terhadap penurunan kecemasan pada anak yang dirawat diruang Dahlia

Tujuan khusus:
1. Mengidentifika si cara komunikasi teraupetik yang dilakukan pada anak yang masuk rumah sakit.
2. Mengidentifikasi sikap dalam komunikasi teraupetik pada anak masuk rumah sakit.
3. Mengidentifikasi kecemasan pada anak yang masuk rumah sakit.
4. Mengidentifikasi pengaruh komunikasi teraupetik terhadap penurunan kecemasan.

2. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberikan landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya. Kerangka konsep harus didukung landasan teori yang kyat serta ditunjang oleh informasi yang bersumber pada berbagai laboran ilmiah, hasil penelitian, jornal penelitian, dll. Adanya tidaknya hipótesis tergantung dari permasalahan, tidak semua penelitian terdapat hipótesis. Hipótesis diperlukan pada penelitian yang bersifat deskriptif Namun tidak diperlukan pada penelitian yang bersifat analitis.
Hipótesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Hipótesis hádala statu asumís pertanyaan tentang hubungan antar dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab statu pertanyaan dalam penelitian.
Hipótesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan, karena hipótesis akan bisa memberikan petunjuk pada pengumpulan, analisa dan interpretasi data.




Syarat hipótesis:
1. Relevante : hipótesis harus relevan dengan falta yang akan diteliti
2. Testability : memungkinkan untuk melakukan observasi dan bisa diukur
3. Compatibility: hipotesa baru harus konsisiten dengan hipotesa dilapangan yang sama dan telah teruji kebenarannya, sehingga setiap hipotesaakan membentuk statu sistem.
4. Predictive : hipotesa yang baik mengandung daya ramal tentang apa yang akan terjadi atau apa yang akan ditemukan.
5. Simplicity : harus dinyatakan secara sederhana, mudah dipahami dan dicapai.

Hipotesa didapatkan dari suatu fenomena atau masalah yang nyata, analisa teori dan mengulas literatur.
1. Pengalaman praktik
2. Teori
3. Literature review

Tipe hipótesis:
1. Hipótesis nol (Ho): hipótesis yang digunakan untuk pengukuran statistik dan interpretasi hasil statistik. Dapat simpel atau kompleks, sebab atau akibat.
Misal: pengaruh teori adaptasi terhadap perbaikan kinerja perawat anak
Ho : tidak adanya pengaruh penerapan teori adaptasi dalam asuhan keperawatan terhadap perbaikan kinerja perawat dibagian anak.

2. Hipótesis alternatif (Ha/Hi): hipótesis yang menyatakan adanya statu hubungan, pengaruh dan perbedaan antar dua atau lebih variable. Hubungan, perbedaan, dan pengaruh tersebut dapat sederhana atau kompleks, dan sebab akibat.
Misal: ada pengaruh antara senam nifas dan proses invalusio pada ibu pasca persalinan. Ada perbedaan tingkat kecemasan antara pasien laki-laki dan perempuan pada AMI.








3. DESKRIPSI DESIGN RISET/PENELITIAN
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian.
Desain penelitian yang umum digunakan dibidang keperawatan ádalah;
a. Rancangan penelitian deskriptif
Tujuan: menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, social, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan dll. Atau dengan kata lain rancangan yang mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat itu.
1. Korelasi
Jenis rancangan ini mengkaji hubungan anrat variable. Bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variable, melibatkan minimal dua variabel.
Contoh: factor pola makan hubungan dengan malnutrisi.
Disini peneliti harus menjelaskan pola makan yang dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi seperti terjadinya obesitas , underweight.

2. Cross sectional
Merupakan rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatannya dilakukan secar simultan pada satu saat(sekali waktu).
Contoh: kualitas menyusui terhadap kelancaran pengeluaran air susu ibu
Peneliti melakukan pengamatan terhadap koalitas menyusui, meliputi: cara, frekuensi, waktu menyusui, ketiganya diukur bersamaan dengan kelancaran pengeluaran ASI estela melihat variable yang termasuk dalam koalitas menyusui tersebut.
Cara melakukan rancangan cross sectional:
• Mengidentifikasi variable penelitian
Contoh:
Hubungan kualitas menyusi dengan kelancaran pengeluaran ASI
Variabel yang dapat diidentifikasi:
Variabel independent: kualitas menyusui
Variabel dependen: kelancaran pengeluaran ASI
Variabel kendali: usia, paritas.
Kemudian ditentukan batasan parameter yang jelas tentang kualitas menyusui dan kelancaran pengeluaran ASI


• Mengidentifikasi subjek penelitian
Contoh: subjek penelitian adalah populasi ibu menyusui dengan jumlah sample yang telah ditentukan sesuai dengan tehnik sampling.
• Mengobservasi variable
Contoh: mungukur kualitas menyusui dengan parameter yang digunakan adalah cara dan frekuensinya termasuk dalam kualitas yang baik atau kurang,
Pengukuran kelancaran pengeluaran ASI dilakukan dengan mengamati tingkat kelancaran pengeluaran ASI-nya termasuk baik atau tidak, lalu kueduanya diamati dan diukur.
• Melakukan analisis data
Contoh: melakukan pengujian apakah kualitas menyusui termasuk kategori baik/kurang. Hal ini dapat mempengaruhi kelancaran pengeluaran ASI termasuk kategori lancar/tidak.

b. Rancangan penelitian observasional
1. Case control
Merupakan rancangan penelitian yang membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok control untuk mengetahui proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan.
Rancangan penelitian ini bersifat retrospektif yaitu rancangan bangun dengan melihat ke belakang dari statu kejadian yang berhubungan dengan ejadian kesakitan yang diteliti.
Contoh: Masalah Gizi (obesitas) pada seseorang ibu yang tidak bekerja.
Kelompok sampel:
Kelompok kasus: ibu yang mengalami obesitas dan tidak bekerja Kelompok kontrol: ibu tidak bekerja yang status gizinya normal
Cara melakukan rancangan case control:
• Mengidentifikasi variable penelitian
Contoh:
Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan kebiasaan merokok pada Ibu hamil
Variable yang diidentifikasi:
Variable independen: kebiasaan merokok
Variable dependen: berat badan bayi ketika dilahirkan
Variable kendali: usia dan paritas.


Selanjutnya ditentukan batasan variable tersebut, seperti kebiasaan merokok waktu hamil termasuk dalam kategori kelompok perokok berat, sedang atau ringan, batasan bayi berat lahir rendah adalah kurang dari 2500 gram.
• Menetapkan populasi penelitian
Contoh: populasi :ibu yang melahirkan pada kasus yang ada, kemudian diambil sampel sesuai dengan tehnik sampling yang dikehendaki.
• Mengidentifikasi kasus yang akan diteliti
Contoh: kasus yang diteliti adalah kasus ibu melahirkan dengan bayi berat badan rendah pada tahun berapa?
• Memilih subjek control
Contoh: kelompok control hádala para ibu yang melahirkan dengan berat badan normal (2500g) dengan usia atau paritas yang sama.
• Melakukan pengukuran secara retrospektif
Contoh: mencari kasus ibu yang melahirkan BBLR dan sewaktu hamil memiliki kebiasaan merokok(termasuk frekuensi merokok seharí-hari).
• Menganalisis data
Melakukan uji statistika untuk melihat ada tidaknya hubungan antara ibu perokok dengan kejadian BBLR.

2. Kohort
Merupakan penelitian epidemiologis non experimental yang mengkaji antara variable independen (factor resiko) dan variable dependen (efek kejadian/penyakit). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan waktu yang longitudinal sehingga penelitian kohort sering juga disebut penelitian prospektif.
Peneliti yang menggunakan rancangan ini mengobservasi variable independen (factor resiko) terlebih dahulu kemudian subjek diikuti ingá periode waktu tertentu untuk melihat pengaruh variable independen terhadap variable dependen (kejadian atau penyakit yang diteliti).

Cara melakukan rancangan kohort:
Contoh; hubungan komunikasi teraupetik dengan tingkat kecemasan anak usia pra sekolah
• Mengidentifikasi variable penelitian
Variable independen: komunikasi teraupetik
Variable dependen: tingkat kecemasan



• Menetapkan populasi penelitian
Populasinya: sejumlah anak usia para sekolah yang dirawat diruang anak. Sampel yang diambil menggunakan tehnik sampling yang dikehendaki peneliti.
• Mengidentifikasi subjek penelitian
Mengidentifikasi anak usia prasekolah dengan komunikasi teraupetik yang baik Mengidentifikasi anak usia prasekolah dengan komunikasi teraupetik yang kurang baik.
• Mengobservasi perkembangan subjek penelitian
Mengobservasi subjek penelitian dari komunikasi yang baik dan kurang baik, untuk kemudian dilihat efeknya terhadap tingkat kecemasannya.
• Analisis data
Menganalisa data secara statistika untuk mencari keterkaitan antara komunikasi teraupetik dengan tingkat kecemasan.

c. Rancangan penelitian intervensi atau eksperimen
1. Pre experimental
Rancangan ini merupakan rancangan penelitian yang paling lemah dan tidak digunak untuk membuktikan kualitas.
Terdiri atas:
a. One shot case study
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan intervensi/perlakuan untuk kemudian dilihat dampak/pengaruhnya.
Contoh: pengaruh Penyuluhan Kesehatan Masyarakat terhadap kepatuhan tingkat control.

b. Pre test- post test design
Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensí, kemudian dilakukan kembali posttest (pengamatan akhir).

c. Static group comparison
Merupakan rancangan pre experimental dengan cara menambah kelompok control. Caranya adalah pada kelompok perlakuan setelah diberikan perlakuan lalu dilakukan pengamatan, sedangkan pada kelompok control hanya dilakukan pengamatan saja.


Kelemahan: akan terdapat banyak variable-variabel luar yang berpengaruh dan sulit dikontrolsehingga tingkat validitas akan berkurang atau kurang akurat.

2. True experimental
Merupakan rancangan penelitian yang mempunyai ketelitian tinggi karena sampelnya dipilih secara acak dan ada kelompok kontrolnya.
Terdiri dari:
a. Randomized pretest-posttest control group design
Model rancangan ini adalah dua kelompok yang dipilih secara acak , lalu diberi pretest untuk mencari perbedaan dengan kelompok control terhadap eksperimen yang akan digunakan.

b. Randomized posttest only control design
Cara yang digunakan untuk rancangan ini adalah ada dua kelompok yang dipilih secara acak, kemudian satu kelompok diberi perlakuan, sedangkan yang lainnya tidak diberi perlakuan dan kemudian langsung diamati atau diukur.

c. Solomon four group design
Cara yang digunakan untuk rancangan ini adalahmengambil sample yang telah diacak sebelumnya, kemudian dibagi dalam empat kelompok, kelompok pertama dilakukan observasi/pengamatan, kemudian diberikan perlakuan lalu diukur/diobservasi. Pada kelompok kedua dilakukan observasi awal tanpa perlakuan kemudian diukur/diamati. Untuk keompok ketiga langsung diberi perlakuan dan sesudahnya dilakukan pengamatan,sedangkan pada kelompok ke empat langsung dilakukan pengamatan.

3. Quasy experimental Design (Desain Experimental Semu)
Merupakan bentuk design eksperimetal yang lebih baik validitas internalnya daripada rancangan preeksperimetal dan lebih lemah dari true eksperimental.





Terdiri dari:
1. Time series design
Dalam rancangan ini, pada sampel penelitian, sebelum dilaksanakannya perlakuan dilakukan observasi beberapa kali sesudah perlakuan juga dilakukan beberapa kali observasi.


2. Non equivalent control group design
Sampel pada penelitian ini diobservasi terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan, kemudian setelah diberikan perlakuan sample tersebut diobservasi kembali.

3. Equivalent time simple design
Sampel penelitian dipilih dalam rancangan ini adalah dua sampel yang ekivalen waktunya. Sampel A diberikan perlakuan X dan sampel B tidak diberikan perlakuan, keduanya masing-masing dionservasi dan dilakukan secara berulang-ulang.
Contoh: X1 O Xo O X1 O Xo O dst diulang
Ekivalen Ekivalen
Ket; X1 = diberi perlakuan
Xo = tidak diberi perlakuan
O = observasi

istirahat dan tidur

ISTIRAHAT DAN TIDUR

• Pengertian tidur menurut teori Maslow:
• - Tidur salah satu kebutuhan dasar manusia
- Proses universal yang terjadi pada setiap orang
• Suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relative
• Tidur diperlukan agar sel dalam tubuh dapat memulihkan kondisinya
• Tidur merupakan bagian penting dalam setiap aturan hidup sehat
• Keadaan tidak sadar yang dialami manusia yang dapat dibangunkan kembali dengan indra / rangsangan yang cukup ( Guyton 1981 )
• Keadaan seseorang yang sadar, yang diikuti dengan penurunan presepsi dan reaksi terhadap stimulus lingkungan
• Karateristik Tidur:
- Aktivitas fisik minimal
- Sadar
- Terjadi perubahan proses fisiologis tubuh
- Menurunnya respon terhadap stimulus external ( Hayter 1980 )

Tujuan Tidur :
Secara jelas tidak diketahui, tidur perlu untuk menjaga keseimbangan mental emosional dan kesehatan.

Fungsi Tidur :
• Proteksi dan restorasi
• Everything will look better after a good night’s sleep
• Mengembalikan kesegaran fisik
• Munurunnya stress dan kecemasan
• Mengembalikan kemampuan berkonsentrasi dalam menghadapi masalah dan melakukan aktivitas sehari-hari



Fisiologi Tidur :
• Pengaturan tidur pada batang otak, yaitu RAS ( Retikularis Activiting System ) dan BSR ( Bulbar Syhchroninizing Region )
• Formasio reticularis Medula spinalis Pons Otak tengah
Hipotalamus
• Ras digambarkan sebagai status tubuh tang sadar dan meerima input sensorik
memungkinkan tetap bangun dan sadar
• Hipotalamus sebagai pasti aktiv involunter tidur dan bangun
• Perubahan fisik saat tidur ( penurunan tekanan darah, penurunan denyut nadi, dilatasi pembuluh darah perifer, kadang menaikan aktivitas traktus gastrointestinal, relaksasioto skletal, menurunnya basal metab 10-30 %

Bioritmik :
 Dikontrol oleh tubuh dan sikronisasikan dengan lingkungan
 Tiap siklus bioritmik mempunyai gerakan naik dan turun
 Bervariasi tiap individu
 Klarifikasi ( irama sirkadian = siklus satu harian, irama infradian = siklus bulanan, irama ultra radian = siklus lengkap satu menit dan jam
 Deters (1980 ) : bioritmik bersifat endrogen selalu muncul dalam tubuh manusia dan tetap tinggal tanpa dipengaruhi oleh lingkungan
 Tidur merupakan irama sirkadian sinkronisasi bangun tidur mengikuti kondisi biologis tubuh

Tahap – Tahap Tidur :
1. NREM : Non Rapid Eye Movement
a. Tahap I – II
• 50-60 % waktu tidur
• Berespon terhadap cahaya dan mudah bangun
• Merupakan transisi ( 5 menit ) dari sadar s/ tidur
• Seseorang merasa kabur, rilex
• Mata bergerak kekanan dan kekiri
• Kecepatan jantung dan RR turun dan naik
• Gelombang alfa sewaktu sadar diganti dengan betha yang lebih lambat

b. Tahap II ( tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun )
• Mata masih bergerak – gerak
• Kecepatan jantung dan RR menurun
• Slb dan metabolisme menurun
• Berlangsung 10-15 menit

c. Tahap III dan IV ( Tidur delta )
• 20 % waktu tidur
• Tidur nyeyak ( deep sleep )
• Delta sleep or slow ware sleep ( sws )
• Tekanan darah, nadi dan RR / s/ kenilai rata –rata yang rendah
• Seseorang menjadi lebih lambat setelah dibutuhkan rangsang yang intensif untuk membangunkan
• Gelombang otak menjadi lebih teratur & terdapat penambahan gelombang delta yang lambat

2. Tahap Tidur REM
• Lebih sulit untuk dibangunkan dibandingkan NREM
• Normal REM : 20-25 % dari tidur malam pada orang dewasa
• Jika terbangun maka biasanya terjadi mimpi
• REM penting keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam belajar, memori dan adaptasi




• Karateristik Tidur REM
a. Mata : cepat menutp dan terbuka
b. Otot-otot : kejang otot kecil, otot besar immobilisasi
c. Pernapasan : irregular, kadang dengan apoea
d. Nadi : cepat dan irregular
e. Tekanan darah : meningkat / fruktuasi
f. Sekresi Gaster : meningkat
g. Metabolisme : meningkat, temperature tubula naik
h. Gelombang otak : EEG aktif
i. Siklus tidur : sulit dibangunkan

• Pola Tidur Normal:
1. Noenatus s/d 3 bln
- Kira –kira membutuhkan 16 jam / hari
- Mudah berespon terhadap stimulus
- Pada minggu pertama kelahiran 50 % adalah tahap REM

2. Bayi
- Pada malam hari + tidur 8-10 jam
- Usia 1 bln s/d I thn kira – kira tidur 14 jam/ hr
- Tahap REm 20-30 REM

3. Todleer
- Tidur 10-12 jam / hr
- 25 % tahap REM

4. Pre school
- Tidur 11 jam pada malam hari
- 20% REM

5. Usia sekolah
- Tidur 10 jam pada malam hari
- 18,5 % tahap REM

6. Adolecence
- Tidur 8,5 jam pada malam hari

7. Dewasa
- Tidur 7-9 jam/hr
- 20-25 % tahap REM

8. Usia dewasa pertengahan
- + 7 jam/hr
- 20 % tahap REM

9. Usia tua
- + 6 jam/hr
- 20-25% tahap REM
- Tahap IV REM menurun kadang-kadang absent / tidak ada
- Sering terbangun pada malam hari

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tidur :
1. Penyakit
Seharusnya >> banyak istirahat dari pada kondisi normal. Tapi dengan
adanya sakit menjadi terganggu, seperti asma, bronchitis,
cardiovaskuler, dan penyakit pernafasan

2. Lingkungan
Terbiasa ditempat yang nyaman / tenang , tempat gaduh/bising
Terganggu

3. Motivasi
Keinginan orang jadi tahan untuk tidak tidur

4. Kelelahan
Dapat memperpendek periode I dari REM

5. Kecemasan
Saraf simpatis meningkat tidur terganggu

6. Alkohol
Menekan REM secara normal

7. Obat-obatan
Seperti: - Deuretik : menyebabkan insomnia
- Anti depresan
- Kaffein meningkatkan saraf simpatis
- Beta Bloker
- Narkotika

GANGGUAN TIDUR

1. Insomnia
Ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas
tidur
Ada 3 macam insomnia :
1) Initial Insomnia :
kemampuan untuk tidur tidak ada
2) Intermiten Insomnia :
ketidakmampuan untuk tetap mempertahankan o/k sering
terbangun

3) Terminal Insomnia :
Bangun > awal tapi tak pernah tidur kembali

Etiologi Insomnia :
- Ketidakmampuan fisik
- Peminum alcohol

2. Hipersomnia
Berlebih jam tidur pada malam hari > 9 jam

Etiologi Hipersomnia :
- Depresi
- Kerusakan saraf tepi
- Beberapa penyakit ginjal
- Metabolisme : tubuh

3. Parasomnia
Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak
seperti: samnohebatisme ( tidur sambil jalan )

4. Narcolepsy
Suatu keadaan yang ditandai dengan keinginan yang tidak terkendali
untuk tidur

5. Apnoe tidur dan Mendengkur
Mendengkur bukan gangguan, tapi bila disertai apnea akan
menjadi masalah. Mendengkur o/k adanya rintangan pengeluaran
udara dihidung dan mulut. Misal: adanya pembesaran tonsil
( amandel) ; otot-otot dibelakang mulut mengendor dan bergetar



6. Mengigau
Terjadi sebelum tidur REM

Pemeriksaan Diagnostik Untuk Tidur ( mengetahui )
• Elektromiogran ( EMG ) untuk merekam / mengukur tonus otot
• Elektro Oculogram ( EDG ) untuk mengukur pergerakan mata
• Elektro Encepalogram ( EEG ) merekam aktivitas listrik

EEG, ERIG ; dan EOG mampu mengidentifikasi signal yang berbeda pada level otak, otot dan aktivotas mata

penyakit jantung rematik

Penyakit Jantung Rematik (PJR) 15 September, 2008
Posted by jundul in Jantung.
trackback
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR)
Demam rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat bersifat akut, subakut, kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi setelah infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A pada saluran pernafasan bagian atas. Demam reumatik akut ditandai oleh demam berkepanjangan, jantung berdebar keras, kadang cepat lelah. Puncak insiden demam rematik terdapat pada kelompok usia 5-15 tahun, penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun dan penduduk di atas 50 tahun.

Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran.

• Tanda dan Gejala Penyakit Jantung Rematik
Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di kulit yang berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea), atau benjolan kecil-kecil dibawah kulit. Selain itu tanda yang juga turut menyertainya adalah nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu saja demam.
• Penegakan Diagnosis Penyakit Jantung Rematik
Selain dengan adanya tanda dan gejala yang tampak secara langsung dari fisik, umumnya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium, misalnya; pemeriksaan darah rutin, ASTO, CRP, dan kultur ulasan tenggorokan. Bentuk pemeriksaan yang paling akurat adalah dengan dilakukannya echocardiografi untuk melihat kondisi katup-katup jantung dan otot jantung.
• Pengobatan Penyakit Jantung Rematik
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone and Aspirin.Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan terapi. Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik untuk mengatasi keluhannya. Penderita yang simtomatis memerlukan terapi surgikal atau intervensi invasif. Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia serta memerlukan biaya yang relatif mahal dan memerlukan follow up jangka panjang.
• Pencegahan Penyakit Jantung Rematik
Jika kita lihat diatas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan adanya kejadian awal yaitu demam rematik (DR), Tentu saja pencegahan yang terbaik adalah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik (DR) (terserang infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus).Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut, diantaranya faktor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan akses kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini. Variasi cuaca juga mempunyai peran yang besar dalam terjadinya infeksi streptokokkus untuk terjadi DR.
Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan mengalami demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan Penyakit Jantung Rematik.